Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI

 

SELAMAT DATANG

Pengantar 

Topik ini akan membahas tentang praktik pembelajaran yang berpihak pada murid yaitu pembelajaran berdiferensiasi. Hal ini bertujuan untuk mengakomodir kebutuhan belajar siswa yang berbeda-beda.

Pertanyaan Pemantik 

Bagaimanakah seorang guru mengelola kelas dengan baik sesuai dengan kebutuhan belajar siswa yang berbeda-beda?

1. Pembelajaran Untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Semua Murid

Kita meyakini bahwa setiap anak adalah unik, oleh karenanya sebagai pendidik tentu harus membuka mata terhadap adanya keberagaman murid-murid. Keberagaman murid mungkin dapat berupa: 

  • murid-murid kita yang berasal dari keluarga kurang mampu yang tidak dapat mengakses teknologi dari rumah
  • murid-murid yang memiliki kesulitan memahami bahasa yang digunakan di kelas
  • murid-murid yang bosan karena ia sebenarnya telah menguasai keterampilan yang diajarkan
  • murid-murid yang saat ini sedang berjuang keras untuk mencoba memahami apa yang diajarkan
  • murid kita yang hasil-hasil kerjanya tampak baik, namun di sisi lain memiliki masalah sosial emosional
  • murid kita yang memiliki minat yang besar terhadap bidang tertentu
  • murid-murid kita yang memiliki kesulitan-kesulitan dalam belajar
2. Pengertian Pembelajaran Berdiferensiasi

Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha guru untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu murid. Menurut Tomlinson (1999:14) dalam kelas yang mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru melakukan upaya yang konsisten untuk merespon kebutuhan belajar murid.

Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan: 

  • Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas.
  • Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya
  • Bagaimana guru menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi. 
  • Manajemen kelas yang efektif. 
  • Penilaian berkelanjutan.
3. Mengetahui Kebutuhan Belajar Murid

Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom menyampaikan bahwa kita dapat melihat kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3 aspek.

3.1 Kesiapan Belajar (Readiness)

Kesiapan belajar (readiness) adalah kapasitas untuk mempelajari materi, konsep, atau keterampilan baru. Sebuah tugas yang mempertimbangkan tingkat kesiapan murid akan membawa murid keluar dari zona nyaman mereka dan memberikan mereka tantangan, namun dengan lingkungan belajar yang tepat dan dukungan yang memadai, mereka tetap dapat menguasai materi atau keterampilan baru tersebut.

Tomlinson (2001: 46) mengatakan bahwa merancang pembelajaran mirip dengan menggunakan tombol equalizer pada stereo atau pemutar CD. Untuk mendapatkan kombinasi suara terbaik, biasanya Anda akan menggeser-geser tombol equalizer tersebut terlebih dahulu.


3.2 Minat Murid

Minat merupakan suatu keadaan mental yang menghasilkan respons terarah kepada suatu situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberikan kepuasan diri. 

Tomlinson (2001: 53), mengatakan bahwa tujuan melakukan pembelajaran yang berbasis minat, diantaranya adalah sebagai berikut: 

  • membantu murid menyadari bahwa ada kecocokan antara sekolah dan kecintaan mereka sendiri untuk belajar
  • mendemonstrasikan keterhubungan antar semua pembelajaran
  • menggunakan keterampilan atau ide yang dikenal murid sebagai jembatan untuk mempelajari ide atau keterampilan yang kurang dikenal atau baru bagi mereka
  • meningkatkan motivasi murid untuk belajar.

3.3 Profil Belajar Murid

Profil Belajar mengacu pada cara-cara bagaimana kita sebagai individu paling baik belajar. Tujuan dari memperhatikan kebutuhan belajar murid berdasarkan profil belajar adalah untuk memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar secara alami dan efisien.

Profil belajar murid terkait dengan banyak faktor diantaranya: 

  • Preferensi terhadap lingkungan belajar, misalnya terkait dengan suhu ruangan, tingkat kebisingan, jumlah cahaya, apakah lingkungan belajarnya terstruktur/tidak terstruktur, dsb. Contohnya: mungkin ada anak yang tidak dapat belajar di ruangan yang terlalu dingin, terlalu bising, terlalu terang, dsb.
  • Pengaruh Budaya: santai - terstruktur, pendiam - ekspresif, personal - impersonal. 
  • Preferensi gaya belajar. Secara umum gaya belajar ada tiga, yaitu: 

1. visual: belajar dengan melihat (misalnya melalui materi yang berupa gambar, diagram, power point, catatan, peta konsep, graphic organizer, dsb); 

2. auditori: belajar dengan mendengar (misalnya mendengarkan penjelasan guru, membaca dengan keras, mendengarkan pendapat saat berdiskusi, mendengarkan musik);

3. kinestetik: belajar sambil melakukan (misalnya sambil bergerak, melakukan kegiatan hands on, dsb). 

  • Preferensi berdasarkan kecerdasan majemuk (multiple intelligences): Teori tentang kecerdasan majemuk menjelaskan bahwa manusia sebenarnya memiliki delapan kecerdasan berbeda yang mencerminkan berbagai cara kita berinteraksi dengan dunia. Kecerdasan tersebut adalah visual-spasial, musical, bodily-kinestetik, interpersonal, intrapersonal, verbal-linguistik, naturalis, logic-matematika. 
Berikut ini adalah beberapa contoh cara-cara yang dapat dilakukan guru untuk mengetahui kebutuhan belajar murid: 
  • mengamati perilaku murid-murid mereka
  • mencari tahu pengetahuan awal yang dimiliki oleh murid terkait dengan topik yang akan dipelajari
  • melakukan penilaian untuk menentukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap mereka saat ini, dan kemudian mencatat kebutuhan yang diungkapkan oleh informasi yang diperoleh dari proses penilaian tersebut
  • mendiskusikan kebutuhan murid dengan orang tua atau wali murid
  • mengamati murid ketika mereka sedang menyelesaikan suatu tugas atau aktivitas
  • bertanya atau mendiskusikan permasalahan dengan murid
  • membaca rapor murid dari kelas mereka sebelumnya untuk melihat komentar dari guru-guru sebelumnya atau melihat pencapaian murid sebelumnya
  • berbicara dengan guru murid sebelumnya
  • membandingkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dengan tingkat pengetahuan atau keterampilan yang ditunjukkan oleh murid saat ini
  • menggunakan berbagai penilaian diagnostik untuk memastikan bahwa murid telah berada dalam level yang sesuai
  • melakukan survey untuk mengetahui kebutuhan belajar murid
  • mereview dan melakukan refleksi terhadap praktik pengajaran mereka sendiri untuk mengetahui efektivitas pembelajaran mereka

4. Strategi Pembelajaran Berdiferensiasi

  • Diferensiasi Konten : mempertimbangkan kebutuhan belajar siswa : kesiapan belajar siswa, aspek minat dan aspek profil belajar.
  • Diferensiasi Proses : mempersiapkan proses kegiatan belajar mengajar beragam : mandiri atau berkelompok 
  • Diferensiasi Produk : berkaitan dengan produk yang akan dihasilkan oleh siswa : tulisan, hasil tes, karya siswa, pertunjukan, presentasi, pidato, rekaman, diagram.

5. Penilaian Pembelajaran Berdiferensiasi

Tomlinson & Moon (2013: 18) mengatakan bahwa penilaian adalah proses mengumpulkan, mensintesis, dan menafsirkan informasi di kelas untuk tujuan membantu pengambilan keputusan guru. Ini mencakup berbagai informasi yang membantu guru untuk memahami murid mereka, memantau proses belajar mengajar, dan membangun komunitas kelas yang efektif. 

Kita dapat memandang penilaian dalam 3 perspektif: 

  • Assessment for learning  : penilaian yang dilakukan selama berlangsungnya proses pembelajaran dan biasanya digunakan sebagai dasar untuk melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Berfungsi sebagai penilaian formatif. Sering disebut sebagai penilaian yang berkelanjutan (ongoing assessment) 
  • Assessment of learning : penilaian yang dilaksanakan setelah proses pembelajaran selesai. Berfungsi sebagai penilaian sumatif
  • Assessment as learning : penilaian sebagai proses belajar dan melibatkan murid-murid secara aktif dalam kegiatan penilaian tersebut. Penilaian ini juga dapat berfungsi sebagai penilaian formatif. 

Berikut ini adalah beberapa contoh strategi penilaian formatif, selain yang mungkin telah sering dilakukan guru dalam bentuk tes tertulis: 

  • Tiket Keluar : guru memberikan pertanyaan yang diajukan kepada semua murid sebelum kelas berakhir. 
  • Tiket Masuk : guru juga bisa memberikan sebuah pertanyaan kepada semua murid sebelum pelajaran dimulai. 
  • Berbagi 30 Detik : dengan strategi ini, murid secara bergiliran berbagi apa yang telah ia pelajari dalam pelajaran selama 30 detik.
  • Nama dalam toples : guru bisa meminta murid menulis nama mereka di selembar potongan kertas & kemudian memasukkannya dalam toples. Guru kemudian bisa mengajukan sebuah pertanyaan tentang konsep kunci yang sedang dipelajari
  • 3-2-1 : di akhir pembelajaran, strategi ini memberikan murid cara untuk merangkum atau bahkan mempertanyakan apa yang baru saja mereka pelajari. 
  • Refleksi : apapun bentuk refleksi yang dilakukan, refleksi dapat menjadi alat penilaian formatif yang sangat berguna bagi guru untuk mengetahui sejauh mana pemahaman murid
  • Pojok pemahaman : minta murid pergi ke pojok-pojok kelas sesuai dengan pemahaman mereka. 
  • Strategi 5 jari : minta murid mendeskripsikan pemahaman mereka terkait topik yang diajarkan dengan menggunakan 5 jari.

Sumber : 

Dewi Kusuma, Oscarina dan Luthfah, Siti. 2022.  Modul 2.1 Pembelajaran Untuk Memenuhi Kebutuhan Murid-Program PGP Angkatan 5. Jakarta : Kementrian Pendidikan dan kebudayaan, Riset dan  Teknologi.


-= TERIMA KASIH =-

Posting Komentar untuk "PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI"